Rabu, 13 Juni 2012

                                                                  KONSEP KEBIDANAN
                                                                   Manajemen Kebidanan
                                                                                Dan
                                                 Langkah-langkah dalam Manajemen Kebidanan

Pengertian Manajemen Kebidanan
    Manajemen :
-     Penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran
-    Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi

    Manajemen Kebidanan          metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan.
       (Sumber : Konsep kebidanan )
        Oleh: Dra. Hj. Suryani Soepardan, Dipl.M, MM, Jakarta-EGC, 2007
    Manajemen Kebidanan           pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(Sumber: Buku 50 tahun IBI)


Langkah-langkah dalam Manajemen Kebidanan
I.    Tahap Pengumpulan Data
       Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:
    Anamnesis dan observasi langsung
Pertanyaan/wawancara atau anemsis dapat dilakukan oleh seorang bidan seperti berbicara dengan ibu, mengajukan pertnyaan-pertanyaan mengenai kondisi ibu dan mencatat riwayat. Mengamati perilaku ibu dan apakah ibu terlihat sehat atau sakit, merasa nyaman atau nyeri.
    Pemeriksaan fisik
Seperti: infeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
    Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium,USG,Rontgen, dsb.
    Catatan Medik
       (Sumber: Asuhan Pers alinan Normal, Edisi ketiga (Revisi), 2007)

II.  Interprestasi Data Dasar
       Interprestasi Data untuk mendukung diagnosis atau identifikasi masalah.
          Data dasar tersebut kemudian diinterprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
           Suatu diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data secara terus-menerus.
            Untuk membuat diagnosis dan identifikasi masalah, diperlukan:
    Data yang lengkap dan akurat
    Kemampuan untuk menginterprestasikan/analisis data
    Mengetahui esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan dengan masalah yang ada.
(Sumber:Konsep kebidanan , 2007  dan Asuhan Persalinan Normal  Edisi ketiga (revisi) 2007)
alinan Normal, Edisi ketiga (Revisi), 2007)
     



III. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya
          Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila dilakukan pencegahan.
     Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman, hal ini bersifat antisipasi yang rasional/logis.
            (Sumber : Konsep kebidanan )
        Oleh: Dra. Hj. Suryani Soepardan, Dipl.M, MM, Jakarta-EGC, 2007
      
   IV.       Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi  Segera dengan Tenaga    Kesehatan Lain
          Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
       Dalam hal melakukan suatu tindakan harus disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi keseluruhan yang dihadapi klien.
       Hal ini dapat bersifat  mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.
       (Sumber:Konsep kebidanan , 2007  dan Asuhan Persalinan Normal  Edisi ketiga (revisi) 2007)
V.      Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
           Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait.
           Asuhan dalam hal ini harus bersifat rasional dan valid yang didasarkan pada pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
              (Sumber : Konsep kebidanan )
        Oleh: Dra. Hj. Suryani Soepardan, Dipl.M, MM, Jakarta-EGC, 2007
VI.    Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efi dan Aman
       Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut secara tepat waktu dan aman.
       Pada beberapa keadaan, penolong sering dihadapakan pada pilihan yang sulit karena keluarga menginginkan hal yang terbaik untuk anggota keluarga mereka/klien dan hal ini memerlukan upaya dan pengertian lebih agar ibu/keluarga mengerti.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan:
    Bukti-bukti ilmiah
    Rasa percaya ibu terhadap penolong persalinan
    Pengalaman saudara atau kerabat untuk kasus yang serupa
    Tempat dan kelengkapan fasilitas kesehatan
    Biaya yang diperlukan
    Akses tempat rujukan
    Luaran dari sistem dan sumberdaya yang ada
    (Sumber:Konsep kebidanan , 2007  dan Asuhan Persalinan Normal  Edisi ketiga (revisi) 2007)
       



VII.    Evaluasi
       Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.
       Bila asuhan atau intervensi tidak membawa hasil atau dampak seperti yang diharapkan maka sebaiknya dilakukan kajian ulang dan penyusunan kembali rencana asuhan sehingga dapat memberi dampak seperti yang diharapkan.
        (Sumber:Konsep kebidanan , 2007  dan Asuhan Persalinan Normal  Edisi ketiga (revisi) 2007)


Sumber Referensi:
1. Buku Konsep Kebidanan (Dra. Hj. Suryani Soepardan, Dipl.M, MM), Jakarta-EGC, 2007
2. Asuhan Persalinan Normal, Edisi ketiga (Revisi) 2007
3. Buku 50 Tahun IBI
             ADAPTASI PSIKOLOGIS dan FAKTOR PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS
A.    Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pasca persalinan, terutama pada ibu primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1.    Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
2.    Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3.    Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4.    Harapan, keinginan, dan apresiasi ibu saat hamil juga melahirkan.
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1.    Fase taking in.
2.    Fase taking hold.
3.    Fase letting go.
Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidak nyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
1.    Kekecewaan pada bayinya.
2.    Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
3.    Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4.    Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.





Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.

Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
1.    Fisik. Istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan lingkungan yang bersih.
2.    Psikologi. Stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
3.    Sosial. Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian
4.    Psikososial.

B.    Faktor Psikologis Pada Masa Nifas
Morbiditas Psikologis
Beban emosional pascalahir merupakan hal yang biasa ditemui setelah kehamilan. Hal ini sangat bervariasi, mulai dari gangguan perasaan sendu yang ringan (ditemui pada sekitar 80% ibu) sampai depresi postprtum atau psikosis.
Depresi Postpartum
Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka didiagnosis menderita depresi postpartum. Depresi merupakan gangguan afeksi yang paling sering dijumpai pada masa postpartum ( Gorrie,1998). Walaupun insidensinya sulit untuk diketahui secara pasti, namun diyakini 10-15% ibu yang melahirkan mengalami gangguan ini (Green dan adams, 1993). Angka kejadian depresi postpartum di Indonesia sendiri juga belum dapat diketahui secara pasti hingga kini, mengingat belum adanya lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi postpartum adalah sebagai berikut :
1.    Perasaan sedih dan kecewa.
2.    Sering menangis.
3.    Merasa gelisah dan cemas.
4.    Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan.
5.    Nafsu makan menurun.
6.    Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
7.    Tidak bisa tidur (insomnia).
8.    Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless).
9.    Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
10.    Memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayinya.


Walaupun banyak wanita mengalami depresi postpartum segera setelah melahirkan, namun beberapa wanita tidak merasakan tanda depresi sampai beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Depresi dapat saja terjadi dalam kurung waktu enam bulan berikutnya. Depresi postpartum mungkin saja berkembang menjadi postpartum psikosis, walaupun jarang terjadi. Hal tersebut merupakan penyakit sangat serius dan semua gejala depresi postpartum dialami oleh mereka yang menderita postpartum psikosis serta bisa sampai melukai diri sendri, bahkan hingga membunuh anak-anaknya.
Penyebab depresi postpartum sendri belum diketahui secara pasti (Gorrie, 1998). Namun, beberapa hal yang dicurigai sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah sebagai berikut :
1.    Perubahan hormonal yang cepat. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum adalah prolaktin, steroid, progesteron, dan estrogen.
2.    Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH (pregnancy-induced hypertention), diabetes militus, atau disfungsi tiroid.
3.    Riwayat depresi, penyakit mental, dan alkoholik, baik pada diri ibu maupun dalam keluarga.
4.    Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun ketidakdewasaan.
5.    Marital dysfunction ataupun ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya support system.
6.    Marah dengan kehamilan (unwanted pregnancy)
7.    Merasa terisolasi.
8.    Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga, dan melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit.
Respons yang terbaik dalam menangani kasus depresi postpartum (DPP) adalah kombinasi antara psikoterapi, dukungan sosisal, dan medikasi seperti antidepresan. Suami dan anggota keluarga yang lain harus dilibatkan dalam sesi konseling, sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkannya.
C.    Cara Mengatasi Ancaman Depresi Setelah Melahirkan
Beberapa cara berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari ancaman depresi setelah melahirkan :
Pelajari Diri Sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi postpartum, sehingga anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka anda akan segera mendapat bantuan secepatnya.
Tidur dan Makan yang Cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makna dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri anda.
Hindari Perubahan Hidup Sebelum atau sesudah Melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah tempat kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
Beritahu Perasaan Anda
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
Dukungan Keluarga dan Orang Lain Diperlukan
Dukungan kelurga atau orang yang anda cintai selama melahirkan sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orang tua anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri anda, bahwa mereka akan selalu berada disisi anda setiap mengalami kesulitan.




Persiapkan Diri dengan Baik
Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan. Ikutlah senam hamil yang sangat membantu serta buku atau artikel lainnya yang anda perlukan. Kelas senam hamil akan sangat membantu anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya anda tidak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.

Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan ruma tangga sedikitnya dapat membantu anda melupakan gejolak perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi anda yang belum stabil bisa anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari kelurga dan lingkungan anda, meski pembantu rumah tangga anda telah melakukan segalanya.
Dukungan Emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga kelurga akan membantu anda dalam mengatasi rasa frustrasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan anda, sehingga anda merasa lebih baik setelahnya.
Dukungan Kelompok Depresi Postpartum
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal-hal yang sama dengan anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok depresi postpartum yang bisa anda ikuti, sehingga anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.

Referensi :
1.    Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (Halaman: 63-69)
2.    Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonata, 2002. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (Halaman:U-6 s/d U-7)
3.    www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas

       GENDER DAN PERBEDAAN BIOLOGIS ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN



A.    PENGERTIAN
Menurut Kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001):
1.    Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat dan dikontruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat kontruksi sosisal.
2.    Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dirumuskan perbedaan antara gender dan seks dalam tabel berikut :

GENDER
Perbedaan peran, fungsi, hak, sikap perilaku dibentuk oleh masyarakat.

Dapat berubah/ berkembang sesuai kemajuan IPTEK

Dapat bergantian antara laki-laki dan perempuan   

SEKS
Takdir, Tuhan, perbedaan biologis, hormona, anatomi & fisiologi, pemberian Tuhan, diciptakan oleh Tuhan.


Tetap


Tidak dapat bergantian antara laki-laki dan perempuan.



Jadi perbedaan gender dapat disimpulkan bahwa gender perbedaan yang tampak secara sosial antara laki-laki dan perempuan.
Dan perbedaan seks dapat disimpulkan bahwa seks pebedaan yang tampak secara biologis. Perbedaan ini secara nyata terlihat dalam biologisnya. Sebagai contoh, sebagian besar laki-laki umumnya lebih tinggi dari 99% populasi perempuan di dunia. Peran biologis yang nyata antara pria dan wanita tampak pada kenyataan kalau hanya wanita yang melahirkan, sementara hanya pria yang tidak mengalami menstruasi. Walau begitu pengaruh sosial budaya membawa pada perbedaan yang lebih dari sekedar perbedaan alamiah ini. Perbedaan sosial budaya dapat diperbaiki dengan jalan revolusi sosial budaya, sementara itu perbedaan biologis, tidak dapat. Perbedaan biologis bersifat warisan, atau apa yang orang religius katakan sebagai kodrat.
Contoh lain dalam kebidanan adalah ketika dalam keluarga, suami istri menginginkan anak laki-laki namun ternyata mereka dikaruniai seorang anak perempuan, suaminya tidak menerima kalau anaknya perempuan dan menyalahkan keadaan dan tidak memperdulikan istrinya setelah melahirkan. Sebagai bidan seharusnya kita dapat memberikan pengertian, informasi kepada suaminya agar dapat menerima anaknya dan tidak menyalahkan istrinya.


B.    Teori Gender
Menurut Kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001) ada tiga teori tentang gender :
1.    Teori Nurture
Rumusan yang dibentuk oleh masyarakat mengakibatkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Kaum laiki-laki dianggap sama dengan kaum yang berkuasa / penindas, sedangkan kaum perempuan sebagai kaum yang tertindas, terpedaya. Perjuangan diawali oleh kaum feminis Internasional yang memperjuangkan kesamaan (sameness), kesamaan berdasarkan konsep 50-50 (fifty-fifty). Konsep ini dinamakan perfect equality (kesamaan kualitas). Perjuangan mereka mendapatkan kendala dari segi agama dan budaya.
Konsep sosial konflik yang mendudukan laki-laki sebagai kaum borjuis atau penindas dan perempuan sebagai kaum proletar atau tertindas, maka untuk menggapai persamaan dengan cara menghapuskan kaum penindas. Paham sosial konflik banyak dianut oleh masyarakat sosial komunis yang meniadakan strata penduduk. Paham ini menegakan kesamaan yang proporsional dalam segala kegiatan masyarakat seperti dilembaga tinggi negara, jabatan dalam instansi, pimpinan. Untuk mencapai hak tersebut maka disusun suatu program khusus untuk memberikan kesempatan yang sama bagi pemberdayaan perempuan agar terpacu untuk ambil bagian dalam mendapatkan posisi yang selama ini banyak diduduki oleh kaum laki-laki.
2.    Teori Nature
Paham ini memandang adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan merupakan takdir Tuhan yang mesti diterima manusia sebagai makhluk ciptaanNya. Adanya perbedaan secara biologis merupakan pertanda perbadaan tugas dan peran yang mana tugas dan peran tersebut ada yang dapat digantikan tetapi ada yang tidak karena takdir alamiah.
Dalam kehidupan keluarga dan kehidupan sosial diperlukan kerjasama saling mendukung. Dalam kelurga ada kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga. Dalam kehidupan sosial terdapat pemimpin dan anggota yang mana masing-masing mempunyai perbedaan tugas, fungsi dan tanggung jawab. Pemimpin hanya satu orang. Perbedaan yang berlandaskan demokratis dengan komitmen agar tercipta saling pengertian dan penerimaan.
3.    Teori Equilibrium / Keseimbangan
Hubungan antara laki-laki dan perempuan merupakan satu kesatuan yang saling menyempurnakan, karena setiap laki-laki dan perempuan memiliki kelemahan dan keutamaan masing-masing, harus saling bekerjasama dalam kemtraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan negara. Maka semua kebijakan dan strategi pembangunan harus dipertimbangkan keseimbangan antara perempuan dan laki-laki, kepentingan serta sejauh mana peran laki-laki dan perempuan.

Referensi :


1.    Widyastuti, Yani dkk (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
2.    http://www.faktailmiah.com