Rabu, 13 Juni 2012

             ADAPTASI PSIKOLOGIS dan FAKTOR PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS
A.    Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pasca persalinan, terutama pada ibu primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1.    Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
2.    Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3.    Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4.    Harapan, keinginan, dan apresiasi ibu saat hamil juga melahirkan.
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1.    Fase taking in.
2.    Fase taking hold.
3.    Fase letting go.
Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidak nyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
1.    Kekecewaan pada bayinya.
2.    Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
3.    Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4.    Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.





Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.

Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
1.    Fisik. Istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan lingkungan yang bersih.
2.    Psikologi. Stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
3.    Sosial. Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian
4.    Psikososial.

B.    Faktor Psikologis Pada Masa Nifas
Morbiditas Psikologis
Beban emosional pascalahir merupakan hal yang biasa ditemui setelah kehamilan. Hal ini sangat bervariasi, mulai dari gangguan perasaan sendu yang ringan (ditemui pada sekitar 80% ibu) sampai depresi postprtum atau psikosis.
Depresi Postpartum
Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka didiagnosis menderita depresi postpartum. Depresi merupakan gangguan afeksi yang paling sering dijumpai pada masa postpartum ( Gorrie,1998). Walaupun insidensinya sulit untuk diketahui secara pasti, namun diyakini 10-15% ibu yang melahirkan mengalami gangguan ini (Green dan adams, 1993). Angka kejadian depresi postpartum di Indonesia sendiri juga belum dapat diketahui secara pasti hingga kini, mengingat belum adanya lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi postpartum adalah sebagai berikut :
1.    Perasaan sedih dan kecewa.
2.    Sering menangis.
3.    Merasa gelisah dan cemas.
4.    Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan.
5.    Nafsu makan menurun.
6.    Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
7.    Tidak bisa tidur (insomnia).
8.    Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless).
9.    Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
10.    Memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayinya.


Walaupun banyak wanita mengalami depresi postpartum segera setelah melahirkan, namun beberapa wanita tidak merasakan tanda depresi sampai beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Depresi dapat saja terjadi dalam kurung waktu enam bulan berikutnya. Depresi postpartum mungkin saja berkembang menjadi postpartum psikosis, walaupun jarang terjadi. Hal tersebut merupakan penyakit sangat serius dan semua gejala depresi postpartum dialami oleh mereka yang menderita postpartum psikosis serta bisa sampai melukai diri sendri, bahkan hingga membunuh anak-anaknya.
Penyebab depresi postpartum sendri belum diketahui secara pasti (Gorrie, 1998). Namun, beberapa hal yang dicurigai sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah sebagai berikut :
1.    Perubahan hormonal yang cepat. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum adalah prolaktin, steroid, progesteron, dan estrogen.
2.    Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH (pregnancy-induced hypertention), diabetes militus, atau disfungsi tiroid.
3.    Riwayat depresi, penyakit mental, dan alkoholik, baik pada diri ibu maupun dalam keluarga.
4.    Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun ketidakdewasaan.
5.    Marital dysfunction ataupun ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya support system.
6.    Marah dengan kehamilan (unwanted pregnancy)
7.    Merasa terisolasi.
8.    Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga, dan melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit.
Respons yang terbaik dalam menangani kasus depresi postpartum (DPP) adalah kombinasi antara psikoterapi, dukungan sosisal, dan medikasi seperti antidepresan. Suami dan anggota keluarga yang lain harus dilibatkan dalam sesi konseling, sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkannya.
C.    Cara Mengatasi Ancaman Depresi Setelah Melahirkan
Beberapa cara berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari ancaman depresi setelah melahirkan :
Pelajari Diri Sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi postpartum, sehingga anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka anda akan segera mendapat bantuan secepatnya.
Tidur dan Makan yang Cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makna dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri anda.
Hindari Perubahan Hidup Sebelum atau sesudah Melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah tempat kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
Beritahu Perasaan Anda
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
Dukungan Keluarga dan Orang Lain Diperlukan
Dukungan kelurga atau orang yang anda cintai selama melahirkan sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orang tua anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri anda, bahwa mereka akan selalu berada disisi anda setiap mengalami kesulitan.




Persiapkan Diri dengan Baik
Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan. Ikutlah senam hamil yang sangat membantu serta buku atau artikel lainnya yang anda perlukan. Kelas senam hamil akan sangat membantu anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya anda tidak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.

Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan ruma tangga sedikitnya dapat membantu anda melupakan gejolak perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi anda yang belum stabil bisa anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari kelurga dan lingkungan anda, meski pembantu rumah tangga anda telah melakukan segalanya.
Dukungan Emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga kelurga akan membantu anda dalam mengatasi rasa frustrasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan anda, sehingga anda merasa lebih baik setelahnya.
Dukungan Kelompok Depresi Postpartum
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal-hal yang sama dengan anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok depresi postpartum yang bisa anda ikuti, sehingga anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.

Referensi :
1.    Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (Halaman: 63-69)
2.    Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonata, 2002. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (Halaman:U-6 s/d U-7)
3.    www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas

0 komentar:

Posting Komentar